Mandi dan Minum Kopi
- asti pembayun

- Feb 18, 2022
- 2 min read
Apakah kamu mempunyai kalimat favorit yang bisa merubah suasana hatimu menjadi lebih baik disaat kamu tengah bersedih meratapi nasib ?
Aku punya satu kalimat yang sederhana, yang selalu aku ingat ketika aku sedang merasa hampir bosan dengan hidup dan nasibku. Kalimat ini, aku dapatkan dari seseorang yang aku kenal sekitar empat tahun lalu.
Sosoknya yang dewasa, yang mampu menenangkanku disaat aku bercerita terlalu menggebu padanya.
Dia adalah sosok yang menyenangkan untuk kami, lawan bicaranya.
Dia adalah orang yang gigih, tekun, pekerja keras. Rasanya, hampir setiap hari ia habiskan waktunya untuk bekerja. Entah kerja tetapnya ataupun kerja sambilannya.
Sampai suatu saat, aku bertanya padanya, apakah dia tidak lelah dengan semua pekerjaan yang ia kerjakan hari ini dan di hari - hari lainnya ?
Saat aku menanyakan hal itu, aku baru saja mendapatkan sebuah pekerjaan, yang cukup dibilang tidak begitu aku suka. Aku hanya selalu megeluh, aku mungkin tidak akan merasakan bahagia dengan apa yang tengah aku jalani. Aku selalu mengeluh, hariku sungguh sangat melelahkan. Pekerjaan itu sungguh membuatku selalu berputus asa dan kalut ketika sampai di rumah.
Ketika aku bertanya pada dia, tidak lelahkah kamu bekerja sepanjang hari ? Dia hanya menjawab "Sudah mandi, sudah minum kopi juga. Sudah hilang capeknya". Kalimat itu. Kalimat itu tidak pernah bisa hilang dari benakku. Ada heran, salut, dan malu jadi satu di dalan otakku.
Kalimat itu sungguh sederhana namun bisa mengubah hidup dan pola pikirku.
Bahkan, saat kita sedang merasa tidak bahagia, sedih, kacau, putus asa, ternyata akan selalu ada hal - hal kecil yang bisa menenangkanmu seperti kalimat itu, "mandi dan minum kopi". Mungkin baginya, bisa mengguyur air dingin ke tubuhnya setelah lelah bekerja, sudah cukup mengembalikan rasa segarnya kembali. Dengan meminum secangkir kopi juga mungkin saja, sudah cukup membuatnya meringankan beban pikiran yang sudah menekannya selama seharian ini. Betapa kata lelah sebenarnya hanya kita yang membuatnya.
Aku sangat berterima kasih pada sosok dia yang membuatku menjadi orang beruntung yang bisa mengenalnya. Karena dia, aku tidak pernah lagi mengeluh atas apa yang harus aku jalani hari ini, hari esok, dan hari - hari yang akan datang. Karena dia, aku berusaha keras untuk menemukan satu hal kecil sederhana yang harus aku hargai agar aku bisa menyembuhkan lelahku. Karena dia, aku belajar bahwa hidup kita, adalan kendaraan kita. Kitalah pengemudinya. Terserah kita mau ke mana melajukan kendaraan kita. Sama seperti hidup. Mau ke arah mana kita membawanya ? Syukur atau sesal ?



Comments